Wednesday, 2 September 2015

[Thing] Indozu, Indonesian unique animals character.

Indozu? Indo Zoo?

Nama ini saya dapatkan ketika melihat salah satu exhibitor disebelah saya saat saya berada di POPCON Asia 2015. Bertempat di Jakarta Convention Center, saya menjadi exhibitor untuk Castella Projects. Tempat saya bekerja sekarang.

Menariknya, terdapat 3 buah boneka besar dengan karakter yang baru saja saya lihat sepanjang hidup saya. Dengan banyak sticker, pin hingga boneka kecil lucu menghiasi meja exhibitor tersebut. Cukuplah saya kali itu melihat dan tersenyum sejenak. Karena tugas memanggil untuk segera mempromosikan booth saya sendiri.


Setelah sedikit santai, saya mengobrol dengan salah satu orang yang menjaga stand tersebut. Beliau bernama Gunawan Lo (so i called Ko Gunawan). Berawal dari kesupelan saya yang bisa dikatakan kepo juga. Saya tanya banyak hal, dari yang basa-basi sampai nanya yang macam-macam. Dan ternyata beliau tidak sendiri, seorang temannya akan datang lebih malam karena teman Ko Gunawan ini masih bekerja. 

Hari sudah mulai gelap, datanglah seorang bule datang menghampiri booth Indozu. Saya pikir, beliau adalah yang penasaran melihat lebih detail Indozu itu apa, sama seperti saya. Tapi ternyata ya itu, temannya Ko Gunawan. He's name is Brandon Van Slyke. Ya, saya tahu namanya ya karena saya kenalan.

Brandon & Mas Tapir

Brandon seorang yang berkewarganegaraan New Zealand. Dari sinilah, awal mula saya menanyakan mengapa beliau bisa mempunyai ide untuk membuat Indozu. Dan bagi saya, sedikit "menampar" saya dengan sharing yang beliau ceritakan.

He loves Indonesia so much! Dan beliau sangat concern dengan kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia, terutama hewan-hewan yang hampir punah di Indonesia. Kalau saya tanya, siapa yang tahu ada hewan Kura-kura Babi? Kura-kura atau Babi? Terlalu banyak orang akan bingung dengan pertanyaan itu.



Wednesday, 12 August 2015

Vakum (cleaner)!

Ya! Tepat hari ini, 12 Agustus 2015. Saya resmikan blog ini kembali aktif!

*hooray!* *party*

Tidak terasa, sudah satu tahun saya vakum menulis di blog kesayangan saya yang satu ini. Dan baru beberapa kali kemarin ini, saya kangen untuk bisa kembali aktif di blog saya ini.

Banyak pengalaman dan cerita yang dapat saya share disini selama satu tahun full kemarin. Well, satu tahun lalu saya disibukkan oleh kegiatan perkuliahan saya yang sangat padat, ditambah pilihan saya untuk menjadi aktivis orang muda di gereja saya. Maka demikianlah, blog ini harus saya tinggalkan sejenak untuk membagi waktu saya yang luar biasa padatnya.

Seriusnya, banyak hal yang ingin saya sampaikan disini. Satu tahun yang cepat, berbagai peristiwa terjadi, banyak hal terlewati, sampai-sampai tak ingin semuanya berlalu. Dan kalau saya buka album blog berdebu ini *lebay* tulisan terakhir saya adalah saya mau cerita tentang pengalaman saya di Jogja! Ya, pasti tahu lah alasannya mengapa tidak diteruskan.

Tapi, mudah-mudahan. Mulai hari ini, blog saya akan saya lanjutkan terus, supaya saya bisa berbagi pengalaman hidup saya yang mungkin sederhana, tapi bagi saya sangat berarti untuk diri saya sendiri.

Terimakasih sudah membaca blog saya! Mampir lagi ya :) See you!

canisiusandrew

Tuesday, 12 August 2014

[Traveling] Jogjakarta - Never Ending Asia (Part 1)

Jogjakarta, Jogja, Yogyakarta, Yogya, mana yang bener?

Yup, Yogyakarta. But every people called and wrote Jogja. Mana yang enak? Kalau saya lebih prefer Jogja. Walaupun udah tau yang bener yang mana *kekeuh*

Awalnya, 1 tahun yang lalu, saya melihat kalender kali itu di bulan Februari, lalu saya cari bulan dimana ada tanggal merah nya terus kejepit. Dapet! Bulan Mei. Ada hari Waisak. Kesempatan gak dibuang sia-sia, saya ngobrol dengan teman saya merencanakan pergi ke Jogja.

Disaat itu, saya dan teman saya masih dalam kegiatan perkuliahan, salah satu teman saya persiapan untuk mengikuti tes masuk di sebuah sekolah pariwisata di Bandung (itu loh Carissa :)). Tapi, gak ada yang menghalangi niat kami untuk berlibur (hahaha).



Langsung setelah itu saya mencari tiket keberangkatan dan pulang ke Jogja. Pesawat atau Kereta? Yang murah yang oke, Kereta Api! Saya ambil yang kelas Bisnis nya :). Setidaknya 8 jam duduk, yang bagian bawah gak kerasa sakit sakit amat (jangan salah fokus!).

Tahun lalu, harga tiket Kereta Api kelas Bisnis berkisar di antara Rp. 100.000 ,- s/d Rp. 150.000,-. Dan saya dapet tiket PP BDO-JOG-BDO lagi total Rp. 230.000,-. Sayangnya Rp. 230.000,- sekarang cuma bisa buat pergi atau pulang doang :(


Banyak tempat yang akan saya kunjungi di Jogja, googling, tanya temen, ternyata Jogja bukan cuma sebatas Keraton, Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Malioboro doang. Banyak tempat-tempat keren yang gak mainstream.

Petualangan saya selama 5 malam 6 hari akan dimulai!

(Bersambung - To be Continued)

-canisiusandrew-
[Traveling] [Jalan-jalan] [Indonesia] [Jogja]

Artikel Terkait :

Monday, 11 August 2014

[Culinary] Nasi Goreng Mafia

Kalau saya lihat di twitter, ada yang jualan nasi goreng yang booming banget! Sampai-sampai, pas opening nya, semua gratis, dibayar pake doa aja! Penasaran banget, sampai akhirnya bisa banget datang dengan perjuangan yang luar biasa (lebay).

Katanya, nasi goreng nya enak, berempah, yang saya pikirkan disini, yang jualan nasi goreng udah banyak, pasti enak, tapi kenapa mau jualan nasi goreng lagi? Bukannya udah mainstream?

Nasi Goreng Mafia

Nasi Goreng Mafia Jl. Dipatiukur Bandung

Friday, 8 August 2014

[Korea] Hotel King Review

Awalnya, mengikuti perkembangan zaman *salahfokus*, ada variety show baru dari Negeri Ginseng sana namanya Roommate. Salah satu member nya adalah aktor terkenal di Korea, Lee Dong Wook. Setelah beberapa episode berjalan, Dong Wook ini jarang sekali ikut shooting Roommate, karena kesibukannya shooting drama.

Penasaran juga, akhirnya minta ke temen yang udah download duluan. Dan langsung drama marathon selama 3 hari berturut-turut dari pagi sampe ketemu pagi lagi (kalap).


호텔킹
Hotel King



Wednesday, 6 August 2014

[Culinary] Bakmie Aloi Kebonjati

Berhubung saya tukang makan, tukang jalan-jalan, penyuka segala bentuk mie. Kali ini saya mengunjungi salah satu tempat makan di Bandung, yang kira-kira beberapa bulan yang lalu booming di Bandung.

Bakmie Aloi Kebonjati


Monday, 4 August 2014

[Thing] ...

Banyak orang ketika menonton sebuah film, membaca sebuah buku, me-review apapun selalu mengutarakan pendapatnya masing-masing. Entah itu baik, buruk, hancur, lebur, lain sebagainya.

Terkadang saya mengalaminya langsung ketika saya telah menonton sebuah film dari sebuah studio di bioskop kesayangan kita *gagal fokus* dan ketika itu saya menonton bersama teman-teman saya. Seusai film berlangsung, keluar ocehan "Film nya ga spesial.", "Ah biasa aja.", "Ah, gak sesuai dengan pemikiran gw."

Kalau dengar pendapat seperti itu kadang bisa diterima atau kadang sebel juga dengarnya. Terlebih kalau sebelumnya kita belum pernah menonton dan teman kesayangan kita yang satu itu sudah komplain duluan gak serunya sebuah film yang mau kita tonton. Dan menurut saya sering nya pandangan pendapat dia tidak sesuai ekspetasi pendapat yang saya keluarkan.

Gak salah sih emang, pasti semua bilang suka suka gue, mulut-mulut gue. Ya begitulah...

Kalau pandangan saya, okelah untuk kebebasan berpendapatnya lancar jaya. Tapi kadang kebebasan pendapatnya itu suka kebablasan, sampai untuk mempengaruhi orang lain.

Sempat terpikir ga? Bagaimana sebuah film itu dibuat dari proses casting nya, proses shooting nya, editing, tetek bengek sampai bisa kita tonton di bioskop kesayangan kita? *gagal fokus lagi*

Bagaimana sebuah buku ditulis berdasarkan ide penulis yang mungkin tidak bisa ia selesaikan dalam 1 malam, tapi bisa 1 tahun bahkan 10 tahun!

Bagaimana orang-orang dibalik semua itu bekerja keras dalam menciptakan sebuah karya untuk bisa dinikmati dengan orang banyak?

Terlepas dari itu, pro dan kontra pasti akan ada sepanjang sejarah hidup kita. Dan saya tidak menolak itu. Tapi, 

Bisakah kita membuat film, buku atau apapun lah yang fantastis? Melebihi ekspetasi orang-orang dan semua orang bilang karya kita sempurna?

"Tiada Gading yang tak retak"

Secara pribadi pun, saya tidak bisa. Tetapi setidaknya, saya lebih bisa menghargai semua hasil karya yang diciptakan manusia di muka bumi ini, ketika saya merenungkan kata-kata di atas. Entah sempurna atau tidaknya karya seseorang, ia sudah mengeluarkan jerih payah nya untuk menghasilkan yang lebih bagi sesamanya.

Sejak saat itu juga, saya tidak pernah bisa katakan apapun jelek, tidak berkelas, tidak bernilai, dan lainnya secara berlebihan. Kalau memang tidak sesuai dengan hati atau selera. Saya hanya mengucapkan "Ah, kurang pas." 

"Penghargaan tertinggi didapatkan ketika kita dapat menghargai hasil karya seseorang tanpa berlebihan." - Unknown

-canisiusandrew-
[Thing] [Kasus] [Pemikiran] [Opini]